Perempuan merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dianugerahi sifat lemah
lembut dan penuh kasih sayang dalam dirinya. Perempuan identik dengan kata
halus, karena sifatnya cenderung dengan kelembutan, kehangatan, keindahan,
kesabaran serta renda hati dan memelihara. Demikianlah
gambaran tentang perempuan yang sering terdengar di khalayak umum. Perbedaan
secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan tingkah lakunya dan
menimbulkan perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan
intensional yang bertujuan dan terarah kepada kodrat perempuan.
Adapun
perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti “tuan”,
orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar.
(HemranSaksono,PusatStudiWanita,2005,http/www.yoho.com,15Mei2017).
Namun, menurut Zaitunah Subhan (2004:19) bahwa perempuan berasal dari kata empu
yang berarti dihargai. Para ilmuwan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan
dilihat dari segi kekuatan fisik maupun spiritual dan mental lebih lemah dari
laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakat.
Sedangkan gambaran tentang seorang perempuan menurut pandangan yang
didasarkan pada kajian medis, psikologis dan sosial, terbagi atas dua faktor,
yaitu faktor fisik dan psikis. Secara biologis dari segi fisik, perempuan
dibedakan atas dasar tubuh/fisik perempuan lebih kecil dibandingkan dengan
laki-laki, pertumbuhan perempuan pun sangat dini dibandingkan laki-laki,
suaranya pun lebih halus, dan kekuatannya pun lebih lemah dari laki-laki.
Dari segi psikis, perempuan mempunyai sikap pembawaan yang kalem, perasaan
perempuan lebih cepat menangis dan bahkan pingsan menghadapi persoalan berat
(Muthahari, 1995:110). Nah, dari semua pendapat para ilmuwan, penulis
menyimpulkan bahwa perempuan ialah makhluk lemah lembut yang kuat pada posisi
atau ketentuan yang telah ditetapkan pada dirinya. Namun, ada beberapa hal yang
tidak bisa dilakukan oleh seorang perempuan, tapi bisa dilakukan oleh
laki-laki, begitu pun sebaliknya. Hal itu ialah, mengurus anak, melakukan
pekerjaan rumah dan lain-lain.
Perempuan sebagai Ibu dalam Keluarga
Sosok perempuan dalam kehidupan keluarga mampu menjalankan tiga peran
yaitu, menjadi seorang anak bagi kedua orang tuanya, seorang istri bagi
suaminya, dan seorang ibu bagi anak-anaknya. Bahkan, perempuan juga bisa
menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Perempuan dapat melakukan banyak hal
sekaligus saat berperan sebagai anak bagi orang tuanya dengan cara berbuat
baik, menuntut ilmu agama dan ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya, menjaga diri,
menjaga kehormatan dan kemaluan dengan cara menjauhi zina dan selalu
meningkatkan kualitas diri dan memperbanyak ibadah dan amal saleh agar selalu
bisa mendoakan kedua orang tua.
Kemudian, ketika perempuan sebagai istri, selain melayani dan merawat suami
juga sebagai penyempurna agama sang suami. Lalu yang terakhir apabila perempuan
sebagai ibu, maka yang diperlukan ialah kesungguhan niat yang tulus atas
panggilan hati, agar melakukan segala pekerjaan dengan cinta dan kasih sayang.
Sifat yang ada dalam diri perempuan lebih dominan penyanyang. Mengapa?
Karena, penyanyang dalam bahasa arab yaitu rahima-yarhamu.
Selain itu perempuan juga mempunyai kelebihan yang tidak ada pada
laki-laki, yaitu Rahim. Kata rahim itu pun berasal dari bahasa arab yaitu rahima-yarhamu yang
berarti menyanyangi. Dalam rahim itulah Allah menciptakan seorang anak yang
dikandung oleh seorang ibu/perempuan selama sembilan bulan dengun penuh kasih
sayang dan menahan sakit dan berat, karena dalam keadaan berbadan dua/hamil.
Itulah salah satu kelebihan para perempuan yang sangat luar biasa
dan tidak akan pernah dirasakan maupun dialami oleh para lelaki.
Perempuan dianugerahkan oleh Allah untuk memiliki rahim. Dalam rahim itulah
Allah Swt menciptakan seorang anak dari setetes air mani hingga menjadi bentuk
manusia. Seorang ibu/perempuan mengandung, merawat, menjaga, menyusui bayinya
dan mendidik anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, semua itu dilakukan
dengan ikhlas, bahagia, sabar dan penuh dengan kerelaan agar anaknya bisa
tumbuh besar menjadi manusia yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi orang
lain.
Hal itu lah yang tidak dimiliki oleh seorang laki-laki, melalui rahim
itulah perempuan melahirkan para calon generasi penerus/pemimpin bangsa yang
paham beragama, berintelektual, berakhlak, dan berharta. Oleh karena itu, sebagai
seorang perempuan harus bersekolah dengan tinggi agar memiliki kecerdasan dan
intelektual untuk bisa merawat, mengasuh, mengajar, dan memimbing anak-anak
mereka. Jika seorang ibu/perempuan tidak memiliki hal tersebut, maka akan
dipastikan bahwa generasi yang lahir dan kelak dewasa nanti menjadi seorang
yang tidak dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain serta lingkungan
sekitarnya. Mengapa? Karena, perempuan/ibu merupakan madrasah pertama dan utama
bagi anak-anaknya.
Madrasah Al-ulaa: Pertama dan Utama
Madrasah berasal dari bahasa arab yang berarti sekolah atau
perguruan. Sekolah adalah tempat seseorang untuk belajar dan mengajar.
Begitupun dengan kata al-ulaa yang berarti pertama. Nah, apa
hubungan Madrasah al-ulaa dengan seorang perempuan?. Hubungannya
ialah jika kelak perempuan menikah ialah yang memiliki peran terpenting
dalam mendidik anak-anaknya. Segala tingkah laku dan akhlak seorang anak itu
dibentuk oleh seorang ibu. Oleh sebab itu, seorang perempuan harus memiliki
kecerdasan dan keilmuwan yang tinggi. Karena kelak seorang perempuan atau ibu
lah yang paling utama dan pertama menjadi tempat pendidik dan belajar dari
hal-hal yang terkecil hingga terbesar.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perempuan tidak perlu bersekolah
tinggi, kan nanti akhirnya berada di dapur serta mengurus suami dan
anak-anaknya. Akan tetapi, semua pendapat itu kurang tepat. Mengapa? Karena
selain memiliki rasa kasih sayang yang dalam, ibu/perempuan juga harus memiliki
tingkat keilmuan yang tinggi. Maka, semua itu harus dipersiapkan dengan matang
agar kelak menjadi seorang pendidik yang cerdas dan mencerdaskan.
Perempuanlah yang kelak akan menjadi pendidik dan sekolah pertama bagi
anak-anaknya. Seorang perumpaan/ibu mengajarkan anaknya dari hal terkecil
hingga hal yang terbesar. Jika seorang perempuan tidak memiliki kecerdasan dan
ilmu yang cukup mampu untuk mendidik anaknya. Maka, akan dipastikan bahwa
kepribadian, tingkah laku dan akhlak seorang anak akan gagal dan tidak tertata
dengan baik. Oleh karena itu, pendidikan merupakan hal yang penting dan
utama untuk seorang perempuan yang kelak menjadi seorang ibu untuk
anak-anaknya.
Harapan yang diinginkan ialah semua perempuan harus memiliki akhlak yang
baik, pengetahuan dasar, dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Jika semua hal
itu telah ada dalam diri para perempuan, maka dari merekalah lahir dan tumbuh
generasi-generasi yang berakhlak mulia, berintelektual, dan berkualitas yang
unggul serta bisa memajukan negara Indonesia ini dari keterlambatan yang sangat
jauh.
0 Komentar